Pesona Sindoro Sumbing dari Embung Kledung
Malam itu tepat pukul 19.00, saya bersama seorang teman
merencanakan untuk tadabur alam. sebetulnya rencana ini adalah mendadak,
dikarenakan saya seusai menjalankan shift kerja merasa sangat penat setelah beberapa
minggu tidak melakukan bepergian. Malam itu juga selepas shift kerja usai, saya langsung kembali kerumah
dan mem-packing barang seperlunya yang kira-kira akan terpakai dilokasi.
Setelah packing dadakan selesai, saya pun langsung berangkat menjemput teman
saya dikos-kosannya yang terletak tak jauh dari kampus UIN Sunan Kalijaga. Sesampai
di kos teman saya, rupanya ia belum usai prepare, akhirnya saya menunggu
beberapa menit. Beberapa menit kemudian teman saya sudah siap untuk melakukan
perjalanan tadabur alam kami. Dengan hanya berbekal motor matic butut dan dua
tas ransel, kami berdua berangkat menuju Kabupaten Temanggung.
Lamanya perjalanan yang kami tempuh
rupanya tak terasa, kurang lebih 2,5 jam lamanya kami melakukan perjalanan
dengan motor matic saya, memang malam itu jalanan tak begitu padat pengendara
karena bukan bertepatan dengan weekend. Meski motor yang kami kendarai hanya
motor butut namun kecepatannya lumayan baik. Sebelum kami memasuki area
Kabupaten Temanggung kami masih bisa beradaptasi dengan udara, namun memasuki
area Kabupaten Temanggung mulailah kami menggigil, malam itu rupanya sedang
berada di titik terdingin suhu disana. Rasanya jaket yang kami berdua pakai
seperti tak ada fungsinya, kami pun berhenti sejenak saat sudah memasuki kota
Parakan. Kami berhenti di sebuah warung makan padang untuk mengisi perut dan
menghangatkan badan dengan segelas teh panas. Kurang lebih setengah jam kami
berada di warung makan padang, setelahnya kami kembali melanjutkan perjalanan
ke Kledung.
Tak lama kemudian akhirnya kami tiba di
Kledung yang sudah masuk di perbatasan Temanggung dan Wonosobo. Kami memutuskan
untuk beristirahat di basecamp gunung Sindoro via Kledung, karena kebetulan
saya memiliki teman disana. Akhirnya kami memarkirkan kendaraan dan rupanya
saat itu pendakian masih ramai, sehingga parkiran kendaraan motor penuh sesak
dengan kendaraan pendaki saat itu. Setelah kami parkir, kami langsung disambut
oleh petugas yang ada di basecamp saat itu, rupanya teman saya mengirim pesan melalui
whatsapp bahwa ia sedang keluar basecamp untuk mengantarkan pendaki yang cidera
ke rumah sakit terdekat. Kami berdua pun menunggu di area regitrasi yang
terletak di depan basecamp, sembari duduk kami berdua ditawari minuman oleh
petugas basecamp, petugas basecamp mengira kami berdua akan melakukan pendakian
juga, tapi setelah saya menjelaskan bahwa kami hanya ingin menginap di basecamp
dan paginya kami ingin jalan-jalan ke embung diatas basecamp barulah si petugas
paham. Setelah beberapa menit kami menunggu, akhirnya teman saya kembali ke
basecamp.
Nah, sebelum jauh saya menceritakan
perjalanan. Hampir lupa saya untuk memperkenalkan teman yang saya ajak
berperjalanan. Dia adalah Amel, teman kampus saya yang kebetulan kami satu
jurusan, dan teman saya yang bertugas di basecamp beliau yang sering saya
panggil mas Ryan, dia ini pria tangguh yang selalu setia untuk kapanpun bila
pendaki membutuhkan sesuatu ataupun evakuasi, sayangnya mas Ryan ini masih
single.. hehe. Sudah afdol ya jadi karena sudah perkenalan.
Malam itu pun saya dan Amel diberikan
keuntungan untuk bermalam di basecamp tepatnya dilantai dua, rupanya ada maksud
mengapa kami ditempatkan disana.. hehe. Kami berdua diminta menemani pendaki
wanita yang usai di evakuasi tim relawan. Ada beberapa disana, dan saya serta
Amel berusaha mengajak ngobrol mereka. Malam makin larut, saya dan Amel juga
tak dapat menahan rasa kantuk serta lelah perjalanan, akhirnya kami pun
berlayar kea lam mimpi masing-masing.
Tetiba pagi sudah datang, saya pun bergegas
ambil wudhu dan menjalankan ibadah shubuh. Rupanya pagi belum berpihak pada
kami, kabut menyelimuti hingga pukul 08.00 saat itu. Menunggu kabut pergi, kami
sempatkan untuk mencari sarapan disekitar basecamp. Sembari ngeteh bersama mas
Ryan dan kawan-kawan lainnya. Sekaligus saya ajak saja mas Ryan untuk ikut ke
embung, untungnya beliau bersedia hehe.
Usai sarapan, kami bertiga memanasi motor
dan gas menuju embung. Hanya beberapa menit diatas basecamp lokasinya. Kabut
pun juga mulai bergeser dan matahari mulai nampak. Tak lama, kami pun tiba di
embung, dan tak sabar untuk menemui para penghuninya. Kami sempatkan pula untuk
beli makanan buat para penghuni embung. Para penghuni embung yang dimaksud
adalah sekumpulan ikan mas dengan ukuran yang lumayan besar. Tak
tanggung-tanggung, pemandangan di seberang embung adalah gunung Sumbing, dan
dibelakang kami gunung Sindoro gagah sekali menampakkan diri, sungguh takjub
dengan ciptaan-Mu Ya Allah..
Rasanya saat itu kami tak ingin beranjak
dari tempat duduk kami, hanya mampu mengucap syukur atas ciptaan Allah ini.
Seperti terbayarkan sudah lelah perjalanan yang saya dan Amel tempuh semalam
tadi. Tak henti-henti kami memandangi gagahnya dua gunung tersebut, apalagi
lokasi saat itu tidak ramai pengunjung sehingga kami bisa sangat puas untuk
menikmati pemandangan.
Berjam-jam kami di embung, rupanya mas
Ryan mendapat panggilan melalui ponselnya untuk segera merapat ke basecamp
lagi. Akhirnya kami bertiga turun kembali ke basecamp. Setiba di basecamp, saya
dan Amel pun prepare untuk berpamitan pulang kembali ke Jogja. Rasanya belum
ingin meninggalkan tempat itu, namun kami memiliki tanggungjawab yang harus
diselesaikan di Jogja.
Akhirnya saya dan Amel berpamitan dengan
seluruh kawan-kawan disana, mereka pun tak rela berpisah, rasanya seperti
melepas kepergian keluargnya hehe. Yang akan sangat dirindukan adalah
kehangatan mereka saat menyambut kami, sangat ramah sekali memang para petugas
di basecamp ini kepada semua tamu yang datang, maka tak heran enggan untuk
meninggalkan tempat ini.
Jadi ini sepenggal cerita perjalanan saya
ke embung kledung di kaki gunung Sindoro, buat kalian yang doyan berperjalanan,
tak lengkap jika belum mengunjungi embung ini hehe. Salam lestari ! salam
pariwisata !
Comments
Post a Comment